Sistem moneter konvesional dan islam

 NAMA: MUHAMMAD MUSLIMIN

 NIM: B1A118024

SISTEM MONETER DALAM ISLAM

Assalamualikum, hari ini kita akan mengetahui perbedaan antara moneter konvensional dan islam, semoga bermanfaat.

Kebijakan Moneter Konvensional


Kestabilan moneter negara sedang berkembang adalah statu kondisi yang memperlihatkan jumlah uang yang beredar mencukupi untuk mendukung seluruh transaksi dalam perekonomian.


Dalam kondisi tersebut, jumlah uang yang beredar tidak berlebih ataupun kurang. Bilamana terjadi kekurangan atau kelebihan uang maka pemerintah harus mengambil statu tindakan atau kebijakan sehingga jumlah uang yang beredar kembali stabil.
Kebijakan moneter adalah tindakan penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Perubahan jumlah uang yang beredar itu pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Aktivitas dari bank Sentral:
  • Menetapkan pasar valuta asing
  • Mengkoordinasikan atau mengatur keuangan internacional.
  • Mengatur atau menjadi penjamin deposit.

Kebijakan moneter Rasululloh.

Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah yang paling banyak dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi yang lain. Sistem keuangan pada zaman Rosullullah digunakan bimetalic Standard yaitu emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar dimasyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa rosullulloh ini relatif stabil dengan nilai kurs dinar-dirham 1:10
Namur demikian, stabilitas nilai kurs pernah mengalami gangguan karena adanya disequlibrum antara supply dan demand. Misalkan pada zaman pemerintahan Ummayah (41/662-132/750) rasio kurs antara dinar-dirham 1:12, sedangkan pada masa abbasiyah (132/750-656/1258) berada pada kisaran 1:15.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami 3 kali evolusi, yaitu:
  1. The gold coin Standard
  2. Dimana uang logam emas mulia sebagai uang yang aktif dalam peredaran
  3. The gold bullion Standard
  4. Dimana logam emas bukanlah alat tukar yang beredar namun otoritas moneter menjadikan logam emas sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar.
  5. The gold exchange standard
Dimana otoritas moneter menentukan nilai tukar domestic currency dengan foreign currency yang mampu di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki.
Perekonomian arab, dijamin Rosullulloh SAW bukanlah ekonomi terbelakang yang mengenal barter, pada masa itu telah terjadi:

  • Valuta asing dari Persia dan romawi yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat arab, bahkan menjadi alat pembayaran resminya adalah dinar dan dirham.
  • Sistem devisa bebas ditetapkan tidak ada halangan sedikitpun untuk mengimpor dinar dan dirham.
  • Cek digunakan ketika melakukan impor barang-barang dari mesir kemadinah.
Pada masa itu, apabila penerimaan akan uang meningkat, maka dinar dan dirham diimpor. Sebaliknya bila permintaan uang Turín, barang nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan dirham sam dengan nilai nominalnya. Sehingga dapat dikatakan nilai penawaran uang elastis. Kelebihan penawaran uang dapat diubah menjadi perhiasan emas dan perak. Tidak terjadi kelebihan atau permintaan akan uang, sehingga nilai uang stabil.

Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi, Islam tidak menggunakan instruyen bunga atau penawaran uang baru melalui percetakan déficit anggaran. Didalam Islam, yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan pembangunan infrastruktur sektor rill.


Tujuan Kebijakan Moneter.

Secara KonvensionalKebijakan moneter bertujuan untuk mencapai kestabilan ekonomi yang diwujudkan dalam kestabilan harga-harga barang sehingga iklim berusaha terkondisi sedemikian rupa dan pada gilirannya tercapai peningkatan kegairahan berusaha.

Tujuan kebijakan moneter meliputi:
  1. Stabilitas ekonomi
  2. Suatu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang dan jasa dan arus uang berjalan seimbang.
  3. Kesempatan verja
  4. Desempatan verja akan meningkat apabila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan verja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran para keryawan.
  5. Kestabilan Harga dari waktu ke waktu
  6. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percata bahwa membeli barang pada tingkat harga yang akan datang.
  7. Neraca Pembayaran Internacional
  8. Neraca pembayaran dikatakan seimbang apabila jumlah nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor.
  9. Misalnya: pemerintah melakukan devaluasi (penurunan nilai uang dalam negri terhadap uang luar negri)

2. Secara Ekonomi Islam

Tujuan kebijakan moneter dalam ekonomi Islam adalah:
  1. Dapat mengetahui lebih mendalam bagaimana mekanisme uang, bagi hasil dan lembaga keuangan.
  2. Menganalisis fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi islam berdasarkan prinsip bagi hasil:
  3. Bagi hasil ditentukan besarnya rasio pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan terjadinya untung/rugi yang diperoleh.
  4. Bagi hasil bergantung pada kegiatan ekonomi yang dilakukan.
  5. Melengkapi kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya dalam rangka menumbuhkan ekonomi.
  6. Menciptakan stabilitas harga, bank sentral menciptakan dan meminjamkan nominal uang kepada pemerintah untuk mengendalikan perilaku bunga.
  7. Adanya keseimbangan surplus pembayaran.

Manajemen Kebijakan Moneter Konvensional dan Islam
1. Secara konvensional.

Adanya ketidakteraturan dan hubungan antar veriabel dalam perekonomian sering kali menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi. Alur statu kebijakan moneter mencapai tujuannya.
Ada 2 paradigma dalam memahami mekanisme transmisi moneter:
a). Uang pasif
paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi.
Dalam paradigma ini suku bunga jangka panjang pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediak objective) yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan besaran pemerintahan, kesenjangan output dan ekspetasi inflasi.
Dalam paradigma uang pasif ini uang dinyatakan sebagai variable endogen yang mana otoritas moneter tidak mempunyai kemempuan secara penuh untuk mengatur jumlah uang beredar.
Asumís yang digunakan dalam endogenous konvensional:
· Jumlah uang yang beredar hádala dependent terhadap tingkat suku bung. Uang adalah variable endogen.
· Instrumen moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral bukanlah jumlah uang beredar melainkan suku bunga.
Sasaran yang ingin dicapai dalam paradigma ini adalah tercapainya target inflasi yang telah ditetapkan sebelumnya(price of targeting) dengan menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai instrument moneternya.
b). Uang aktif
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi moneter. Suku bunga dianggap sebagai mekanisme moneter.
Jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan oleh pemerintah sebagai instruyen moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai sasaran operasionalnya.

2. Secara Islam

Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep Islam adalah terciptanya stabilitas permintaan uang tersebut lepada tujuan yang penting dan produktif.
Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulasi akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (The theory of liquidity preference). Pergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulasi, maka semakin rendah tingkat bunga yang berlaku dipasar. Begitu juga sebaliknya apabila permintaan uang spekulatif menurun, maka suku bunga akan relatif meningkat.
Penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang menganggur, menghilangkan insentif orang untuk memegang uang idle sehingga mendorong orang untuk melakukan:
  • Qard (meminjamkan harta lepada orang lain)
  • Penjualan marginal
  • Mudharabah
Para pemilik dana akan menginvestasikan dananya pada kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar (actual return), jadi semakin tinggi permintaan uang untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana investasi semakin besar, maka tingkat keuntungan harapan yang akan diberikan akan relatif menurun. Karena besarnya tingkat actual return ini tidak berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka akan menjadikan permintaan uang akan lebih stabil.
Kurva perbedaan antara permintaan uang konvensional dan Islam.
Ketika terjadi kenaikan harga-harga, maka akan mengakibatkan saldo rill yang dipegang oleh masyrakat akan berkurang dari M/P ke M’P. Sehingga terjadi pergeseran titik keseimbangan yang baru terjadi dari pergeseran sepanjang kurva Md, pergerseran sepanjang kurva akan mengakibatkan tingkat suku bunga akan meningkat dari r1 menuju r2. karena dalam perekonomian kapitalis permintaan uang untuk spekulatif cenderung berfluktuatif, maka akan berdampak pada tingginya volatilitas suku bunga. Tingginya fluktuasi suku bunga akan menyebabkan ketidakpastian dalam berinvestasi dengan cara mangalihkan investasi jangja panjang.

Kurva permintaan dan penawaran saldo uang rill dalam ekonomi Islam

Permintaan uang kas rill meningkat dari Mdo menjadi Md1.
Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah hádala meningkatkan biaya atas asset atau dana yang dianggurkan. Kebijakan ini akan memposisikan pemilik dana menanggung sejumlah biaya dari pengangguran uang. Akibatnya mereka akan menginvastasikan uangnya dan menurunkan permintaan uang kas rill kembali kepada Mdo, yaitu ketika terjadi perpotongan antara Mdo dengan Ms

D. Macam-macam Instrumen Kebijakan Moneter
  1. Rediscount policy; Jika bank sentral menaikkan discount-rate, maka jumlah uang beredar berkurang.
  2. Open market operation; Jika menghendaki menurunnya jumlah jumlah uang beredar, pemerintah harus menjual obligasi (open market selling)
  3. Manipulasi legal reserve ratio (nisbah antara uang tunai dan kewajiban giral bank komersial); Jika menghendaki berkurangnya jumlah uang beredar, legal reserve ratio harus dinaikkan (disebut tight money policy)
  4. Selective credit control; Bank sentral sentral dapat melakukan moral suation dengan mempengaruhi kebijakan bank-bank komersial dalam perkreditan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga

Sistem Peredaran Uang di Indonesia